PENELITIAN KUALITATIF DAN IMPLEMENTASINYA
DALAM PENDIDIKAN
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Metodologi Penelitian Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. H. Fatah Syukur, M.Ag
Disususn Oleh: Ani Mutmainnah
(103111108)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
PENELITIAN KUALITATIF DAN IMPLEMENTASINYA DALAM
PENDIDIKAN
I. PENDAHULUAN
Diera era
modern ini, semua aktivitas selalu mempunyai runjukan dan pedoman. Karena hal
itu menunjang kesuksesan dan kekonkritan segala aspek. Oleh karena itu sebuah
penelititanpun juga harus mempunyai rujukan yang jelas dan dapat dijadikan
pegangan. Secara umum, jenis penelitian berdasarkan pendekatan
analisisnya dibedakan menjadi dua, yaitu kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan
ini lazim juga disebut sebagai pendekatan, rancangan, rencana atau desain.
Rancangan
atau desain penelitian dalam arti sempit dimaknai sebagai suatu proses
pengumpulan dan analisis penelitian. Dalam arti luas rancangan penelitian
meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam rancangan perencaan
dimulai dengan mengadakan observasi dan evaluasi terhadap penelitian yang sudah
dikerjakan dan diketahui, sampai pada penetapan kerangka konsep dan hipotesis
penelitian yang perlu pembuktian lebih lanjut. Metode kuantitatif mempunyai ciri
khas angka, atau perhitungan. Berbeda dengan kualitatif, yang cenderung pada
proses penelitian. Untuk
lebih jelasnya berikut ini kami akan menguraikan pembahasan mengenai Penelitian
Kualititatif.
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana Pengertian Penelitian Kualitatif?
B. Bagaimana Proses Penelitian Kualitatif?
C. Bagaimana Implementasi Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan?
D. Bagaimana Paradigma Penelitian Kualitatif?
E. Bagaimana Kedudukan Teori dalam Penelitian Kualitatif?
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Penelitian Kualitatif
Metode penelitian kualitatif sering disebut
metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang
alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi,
karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang
antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif karena data yang
terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.
Metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk
meneliti data kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)
dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data
dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan
dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.[1]
Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami
fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan. Partisipan
adalah orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta memberikan
data, pendapat, pemikiran, persepsinya. Pemahaman diperoleh melalui analisis
berbagai keterkaitan dari partisipan, dan melalui penguraian pemaknaan partisipan
tentang situasi-situasi dan peristiwa-peristiwa. Pemaknaan partisipan meliputi
perasaan, keyakinan, ide-ide, pemikiran dan kegiatan dari partisipan. Beberapa
penelitian kualitatif diarahkan lebih dari sekadar memahami fenomena tetapi
juga mengembangkan teori.
Penelitian kualitatif mengkaji perspektif
partisipan dengan multi strategi, strategi-strategi yang bersifat interaktif,
seperti observasi langsung, observasi partisipasif, wawancara mendalam,
dokumen-dokumen, teknik-teknik pelengkap seperti foto, rekaman, dll. Strategi
penelitian bersifat fleksibel, menggunakan aneka kombinasi dari teknik-teknik
untuk mendapatkan data yang valid.[2]
Untuk memperoleh gambaran tentang penenlitian
kualitaif, ada beberapa ciri atau karakteristik mengenai penelitian ini. Adapun
karakteristik penelitian kualitatif menurut Prof. Sugiono yaitu:
1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, langsung ke sumber data dan peneliti
adalah instrumen kunci.
2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul
berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.
3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk.
4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.
5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati).[3]
Metode kualitatif digunakan apabila:
1. Bila masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang atau mungkin malah
masih gelap. Kondisi semacam ini cocok diteliti dengan metode kualitatif,
karena peneliti kualitatif akan langsung masuk ke obyek, melakukan penjelajahan
dengan grant tour question, sehingga masalah akan dapat ditemukan dengan
jelas.
2. Untuk memahami makna di balik data yang tampak. Gejala sosial sering tidak
bisa difahami berdasarkan apa yang diucapkan dan dilakukan orang. Setiap ucapan
dan tindakan orang sering mempunyai makna tertentu.
3. Untuk memahami interaksi sosial. Interaksi sosial yang kompleks hanya dapat
diurai kalau peneliti melakukan penelitian dengan metode kualitatif dengan cara
ikut berperan serta, wawancara mendalam terhadap interaksi sosial tersebut.
Dengan demikian akan dapat ditemukan pola-pola hubungan yang jelas.
4. Memahami perasaan orang. Perasaan orang sulit dimengerti kalau tidak
diteliti dengan metode kualitatif, dengan teknik pengumpulan data wawancara
mendalam, dan observasi berperan serta untuk ikut merasakan apa yang dirasakan
orang tersebut.
5. Untuk mengembangkan teori. Metode kualitatif paling cocok digunakan untuk
mengembangkan teori yang dibangun melalui data yang diperoleh melalui lapangan.
6. Untuk memastikan kebenaran data. Data sosial sering sulit dipastikan
kebenarannya. Dengan metode kualitatif, melalui teknik pengumpulan data secara
trianggulasi/gabungan, maka kepastian data akan lebih terjamin. Selain itu
dengan metode kualitatif, data yang diperoleh diuji kredibilitasnya, dan
penelitian berakhir setelah data itu jenuh, maka kepastian data akan dapat
diperoleh.
7. Meneliti sejarah perkembangan. Sejarah perkembangan kehidupan seseorang
tokoh atau masyarakat akan dapat dilacak melalui metode kualitatif. Dengan
menggunakan data dokumentasi, wawancara mendalam kepada pelaku atau orang yang
dipandang tahu, maka sejarah perkembangan kehidupan seseorang akan diperoleh.[4]
B. Proses Penelitian Kualitatif
Meskipun terdapat keberagaman penelitian
kualitatif, namun ada suatu kerangka atau prosedur kerja dalam pelaksanaan
penelitiannya. Gay, Mills & Airasian (2009:14) menawarkan enam langkah proses
penelitian kualitatif:
1. Identifying a research topic. Pilih topik yang terbatas agar bisa dikelola.
2. Reviewing the literature. Peneliti menjelaskan dari penelitian yang sudah ada
atau yang pernah dilakukan guna mengidentifikasi informasi yang bermanfaat, dan
menyusun strategi untuk melaksanakan penelitian.
3. Selecting participants. Partisipan dipilih secara purposif dan biasanya
sedikit, tidak seperti penelitian kuantitatif yang lazimnya banyak.
4. Collecting data. Data kualitatif digali dan dikumpulkan melalui wawancara, pengamatan, dan
artifak.
5. Analityzing and interpreting data. Peneliti melakukan analisis sampai menemukan tema dan
kecenderungan umum, serta melakukan interpretasi data.
6. Reporting and evaluating the research. Peneliti merangkum penelitian dan
mengintegrasikan data kualitatif dalam bentuk narasi dan visual.
Menarik untuk dicermati, studi literatur lebih
mengandalkan penelitian yang sejenis atau yang berada dalam kawasan yang sama
untuk mendapatkan informasi tentang temuan dan strateginya agar dapat dijadikan
contoh atau petunjuk untuk penelitian yang akan dilaksanakan. Juga terjelaskan
bahwa data dikumpulkan dengan cara wawancara, pengamatan, dan artifak. Bukan
dengan kuesioner dan tes. Dalam pendidikan artifak itu bisa berupa kurikulum,
silabus, bahan ajar, hasil karya siswa, petunjuk penggunaan laboratorium, dan
berbagai bahan lain.[5]
Beberapa alasan yang mendorong dilakukannya penelitian
kualitatif:
1. Untuk menanggulangi banyaknya informasi yang hilang, seperti yang dialami
oleh penelitian kuantitatif sehingga intisari konsep yang ada dalam data dapat
diungkap.
2. Untuk menanggulangi kecenderungan menggali data empiris dengan tujuan
membuktikan kebenaran hipotesis akibat dari adanya hipotesis yang disusun
sebelumnya, berdasarkan berfikir deduktif seperti dalam penelitian kuantitatif.
3. Untuk menanggulangi kecenderungan pembatasan variabel yang sebelumnya,
seperti dalam penelitian kuantitatif, padahal permasalahan dan variabel dalam
masalah sosial sangat kompleks.
4. Untuk menanggulangi adanya indeks-indeks kasar seperti dalam penelitian
kuantitatif yang menggunakan pengukuran (perhitungan) empiris, padahal inti
sebenarnya berada pada konsep-konsep yang timbul dari data.[6]
C. Implementasi Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan
Penelitian kualitatif mempunyai tempat
tersendiri dalam bidang pendidikan khususnya dan sosial pada umumnya. Hal ini
mengingat sifat dan hakikat dasar pendidikan sebagai proses dasar pendidikan
sebagai proses sadar tujuan dalam meningkatkan kualitas manusia dan kualitas
hidupnya sebagai manusia yang berbudaya. Data kualitatif dalam bidang
pendidikan sangat bermanfaat untuk menemukan hakikat dan makna yang terkandung
dalam proses pendidikan itu sendiri. Data tersebut diperoleh dari lapangan
tempat berlangsungnya proses pendidikan dalam konteks lingkungannya.[7]
Kehadiran penelitian kualitatif dalam pendidikan
membawa sesuatu yang baru dan memberi dampak yang besar karena pendidikan dan
segala prosesnya kini dapat dipahami dengan lebih lengkap dan mendalam dari
perspektif para pelakunya atau suatu pandangan dari dalam. Penelitian
kualitatif kini menjadi model yang dapat memperkaya penelitian pendidikan.
Kini segala varian penelitian kualitatif telah
sangat berkembang dalam penelitian pendidikan. Mitchell, Reilly Scanlon & Weber
ed. (2005:1) mencatat sejumlah varian penelitian kualitatif yang digunakan
dalam pendidikan yaitu: metode reflektif, penelitian tindakan, pengetahuan
praktikal dan personal guru, cerita guru, narasi dan pengalaman guru, sejarah
lisan guru, memori kolektif dan biografi dalam pengajaran, serta studi jati
diri.[8]
Topik dan fokus penelitian pendidikan yang
bisa dieksplorasi dengan memanfaatkan penelitian kualitatif sangatlah beragam,
banyak, dan luas. Gray et al. (2007:51-52), dan Bodgan & Biklen (2007:249-259)
mencatat sejumlah fokus penelitian yang dapat dikerjakan menggunakan penelitian
kualitatif. Fokus-fokus itu adalah: pengalaman di kelas, aspirasi siswa,
kontrol sosial, aktivitas ekstrakurikuler, dan waktu luang. Penelitian bisa
difokuskan pada lingkungan sekolah yang
terdiri dari lingkungan fisik, ekonomis, sosial dan budaya, serta lingkungan
semantik. Setiap fokus seperti lingkungan sosial, bisa didalami menjadi
sejumlah besar fokus yang lebih kecil seperti komposisi dan kondisi
sosioekonomi sekolah. Begitu pula halnya dengan lingkungan manusia yang terdiri
dari siswa, guru, pimpinan sekolah, staf administrasi, dan orang tua. Fokus
guru dapat dikembangkan menjadi fokus yang lebih terbatas seperti motivasinya,
cara mengajarnya, kemampuan mengelola kelas, persepsi siswa tentang guru, etos
kerja, dan kinerjanya. Lingkungan belajar yang terdiri dari situasi dan kondisi
pembelajaran, relasi guru-murid, disiplin dan kontrol dapat diurai menjadi
beragam fokus bawaan yang sangat banyak jumlahnya.
Penelitian kualitatif pendidikan bukanlah
suatu bidang yang mandiri karena pada hakikatnya berakar pada banyak disiplin
ilmu. Secara positif ini berarti, penelitian sangat terbuka untuk menggunakan
banyak pendekatan, metode dan strategi penelitian untuk mengembangkan berbagai
pemahaman, penjelasan, dan teori. Penelitian kualitatif dalam pendidikan dengan
demikian dapat memanfaatkan penelitian berbasis kerja lapangan yang berasal
dari ilmu-ilmu sosial, dan mengembangkan penelitian berbasis analiasis terhadap
dokumen dan realitas yang berasal dari ilmu-ilmu kemanusiaan.[9]
D. Paradigma Penelitian Kualitatif
Paradigma adalah pandangan fundamental tentang apa yang menjadi
pokok persoalan dalam ilmu pengetahuan. Paradigma membantu merumuskan apa yang
harus dipelajari, pertanyaan-pertanyaan apa yang semestinya dijawab, bagaimana
semestinya pertanyaan-pertanyaan itu diajukan, dan aturan-aturan apa yang harus
diikuti dalam menafsirkan jawaban yang diperolah. Paradigma adalah kesatuan
konsensus yang terluas dalam suatu bidang ilmu pengetahuan dan membantu
membedakan antara instrumen-instrumen ilmuwan yang satu dengan komunitas
ilmuwan yang lain. Paradigma menggolong-golongkan, mendefinisikan dan
menghubungkan antara teori-teori, metode-metode serta instrumen-instrumen yang
terdapat di dalamnya.
Dalam kajian-kajian sosial termasuk juga kajian pendidikan, menurut
Ritzer terdapat tiga paradigma, yaitu; (1) paradigma fakta sosial, (2) paradigma
definisi sosial, dan (3) paradigma perilaku sosial. Peneliti yang bekerja dalam
paradigma fakta sosial memusatkan perhatiannya kepada struktur makro (mocrokospik)
masyarakat, teori yang digunakan dalam kajian paradigm fakta social adalah
teori-teori makro misalnya; teori fungsionalisme struktural dan teori konflik,
kecenderungannya menggunakan metode interview/kuesioner dalam pengumpulan data.
Sedangkan peneliti yang menerima paradigma definisi sosial memusatkan
perhatiannya pada aksi dan interaksi sosial yang ditelorkan oleh proses
berfikir, sebagai pokok persoalan kajian dan kecenderungannya bergerak dalam
kajian mikro, teori yang digunakan antara lain; teori aksi, interaksionisme
simbolik, dan fenomenologi, etnometodologi, metode pengumpulan data menggunakan
observasi dan wawancara. Peneliti yang menerima paradigma perilaku sosial
mencurahkan perhatiannya pada tingkah-laku dan perulangan tingkah laku sebagai
pokok persoalan kajian mereka, teori yang digunakan cenderung menggunakan teori
pertukaran dan eksperimen, bergerak dalam kajian mikro dengan metode
pengumpulan data Observasi dan wawancara.[10]
E. Kedudukan Teori dalam Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif dapat bertitik tolak dari suatu teori yang telah
diakui kebenarannya dan dapat disusun pada waktu penelitian berlangsung
berdasarkan data yang dikumpulkan. Setelah dikemukakan teori-teori yang sesuai
dengan masalah penelitian, kemudian di lapangan dilakukan verifikasi terhadap
teori yang ada, mana yang sesuai dan mana yang perlu diperbaiki atau bahkan
ditolak. Penelitian
kualitatif mengenal adanya teori yang disusun dari data yang dibedakan
atas dua macam teori, yaitu :
1. Teori Substantif
Teori
substantif adalah teori yang dikembangkan untuk keperluan substantif atau
empiris dalam inkuiri suatu ilmu pengetahuan, misalnya sosiologi, antropologi,
psikologi dan lain sebagainya. Contoh: perawatan pasien, hubungan ras,
pendidikan profesional, kenakalan, atau organisasi peneliti.
2.
Teori Formal
Teori formal adalah teori
untuk keperluan formal atau yang disusun secara konseptual dalam bidang inkuiri
suatu ilmu pengetahuan, misalnya sosiologi, psikologi dan sebagainya. Contoh:
perilaku agresif, organisasi formal, sosialisasi, autoritas dan kekuasaan,
sistem penghargaan, atau mobilitas social.
Contoh unsur-unsur teori menurut jenis teori
substantif maupun teori formal
Unsur Teori
|
Jenis Teori
|
|
Substantif
|
Formal
|
|
Kategori
|
Kerugian masyarakat karenakematian pasien
|
Nilai sosial sesorang
|
Kawasan Kategori
|
Menghitung kerugian masyarakat atas dasar ciri pasien yang
jelas dan dipelajari
|
Menghitung niali social seseorang atas dasar ciri-ciri
yang jelas dan dipelajari
|
Hipotesis
|
Makin tinggi kerugian masyarakat dari pasien yang
meninggal,
1) makin
baik perawatannya
2) makin
banyak perawat yang mengembangkan alas an kematian untuk menjelaskan
kemati-nnya
|
Makin tinggi nilai masyarakat sesorang, makin kurang
penundaan pelayanan yang diterimanya dari para ahli[11]
|
IV. ANALISIS
Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.
Landasan teori dimanfaatkan
sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk
memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan
hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data,
memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu teori.
Proses
penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan
digunakan dalam penelitian. Asumsi dan aturan berpikir tersebut selanjutnya
diterapkan secara sistematis dalam pengumpulan dan pengolahan data untuk memberikan
penjelasan dan argumentasi. Dalam penelitian kualitatif informasi yang
dikumpulkan dan diolah harus tetap obyektif dan tidak dipengaruhi oleh pendapat
peneliti sendiri. Penelitian kualitatif banyak diterapkan dalam penelitian
historis atau deskriptif. Penelitian kualitatif mencakup berbagai pendekatan
yang berbeda satu sama lain tetapi memiliki karakteristik dan tujuan yang sama.
Metode kualitatif menggunakan beberapa bentuk pengumpulan data
seperti transkrip wawancara terbuka, deskripsi observasi, serta analisis
dokumen dan artefak lainnya. Data tersebut dianalisis dengan tetap
mempertahankan keaslian teks yang memaknainya. Hal ini dilakukan karena tujuan
penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena dari sudut pandang
partisipan, konteks sosial dan institusional. Sehingga pendekatan kualitatif
umumnya bersifat induktif.
V.
KESIMPULAN
Metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk
meneliti data kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)
dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data
dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan
dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Gay, Mills & Airasian (2009:14) menawarkan
enam langkah proses penelitian kualitatif: Identifying a research topic, Reviewing the literature, Selecting participants, Collecting
data, Analityzing and interpreting data, Reporting and evaluating
the research.
Penelitian kualitatif pendidikan bukanlah
suatu bidang yang mandiri karena pada hakikatnya berakar pada banyak disiplin
ilmu. Penelitian kualitatif dalam pendidikan dengan demikian dapat memanfaatkan
penelitian berbasis kerja lapangan yang berasal dari ilmu-ilmu sosial, dan
mengembangkan penelitian berbasis analiasis terhadap dokumen dan realitas yang
berasal dari ilmu-ilmu kemanusiaan.
Dalam
kajian-kajian sosial termasuk juga kajian pendidikan, menurut Ritzer terdapat
tiga paradigma, yaitu; (1) paradigma fakta sosial, (2) paradigma
definisi sosial, dan (3) paradigma perilaku sosial. Penelitian kualitatif dapat bertitik tolak dari suatu teori yang telah
diakui kebenarannya dan dapat disusun pada waktu penelitian berlangsung
berdasarkan data yang dikumpulkan. Setelah dikemukakan teori-teori yang sesuai
dengan masalah penelitian, kemudian di lapangan dilakukan verifikasi terhadap
teori yang ada, mana yang sesuai dan mana yang perlu diperbaiki atau bahkan
ditolak.
VI. PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan.
Semoga memberikan manfaat bagi pembaca dan juga pemakalah. Kami menyadari masih
banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini dan makalah salanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Putra, Nusa, Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan, Jakarta:
Rajawali Pers, 2012
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2010
Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian
Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010
Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial
dan Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007
http://tjiptosubadi.blogspot.com/2010/05/paradigma-penelitian-kualitatif.html diakses
Senin, 8 April 2013
[1] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 14-15
[2] Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 94-95
[3]
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, hlm. 21-22
[5] Nusa Putra, Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2012), hlm. 142-143
[6] Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2007), hlm. 92-93
[7]
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan
Pendidikan, hlm.101-102
[10] http://tjiptosubadi.blogspot.com/2010/05/paradigma-penelitian-kualitatif.html diakses
Senin, 8 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar