Selasa, 03 Juli 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI BELAJAR


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI BELAJAR
I.          PENDAHULUAN
Aktivitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat terkadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi. Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktivitas belajar. Telah dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan atau kecakapan. Sampai dimanakah perubahan itu dapat tercapai atau dengan kata lain, berhasil atau tidaknya seseorang/ anak didik dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang memengaruhi pencapaian hasil belajar, yaitu berasal dari dari dalam diri orang yang belajar (faktor internal) dan ada pula yang berasal dari luar dirinya (faktor eksternal). Dalam makalah ini akan dibahas tentang faktor-faktor yang memengaruhi belajar.

II.          RUMUSAN MASALAH
A.      Apa Sajakah Faktor-faktor Internal yang Memengaruhi Belajar?
B.       Apa Sajakah Faktor-faktor Eksternal yang Memengaruhi Belajar?

III.          PEMBAHASAN
A.      Faktor-faktor Internal yang Memengaruhi Belajar
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
1.    Faktor internal dalam aspek fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan  dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam[1], yaitu:
a.    Keadaan tonus jasmani pada umumnya
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat memengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing-pusing kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan olah raga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan. Hal ini penting sebab perubahan pola makan minum dan istirahat akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri.[2]
Dalam hubungan dalam hal ini ada dua hal yang perlu dikemukakan:
1)      Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan mengakibatkan kurangnya tonus jasmani, yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah, dan sebagainya. Terlebih-lebih bagi anak-anak yang masih sangat muda, pengaruh itu besar sekali.
2)      Beberapa penyakit yang kronis sangat mengganggu belajar itu. Penyakit-penyakit seperti pilek, influensa, sakit gigi, batuk dan yang sejenis dengan itu biasanya diabaikan karena dipandang tidak cukup serius untuk mendapatkan perhatian dan pengobatan; akan tetapi dalam kenyataannya penyakit-penyakit semacam ini sangat mengganggu aktivitas belajar itu.[3]
b.    Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu
Faktor kondisi fisiologis siswa terdiri dari kondisi kesehatan dan kebugaran fisik dan kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan pendengaran.[4] Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga sangat memengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas. Daya pendengaran dan penglihatan siswa yang rendah, umpamanya, akan menyulitkan sensory register dalam menyerap item-item informasi yang bersifat echoic dan econic (gema dan citra). Akibat negatif selanjutnya adalah terhambatnya proses informasi yang dilakukan oleh sistem memori siswa tersebut.[5]
2.    Faktor internal dalam aspek psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi prosese belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.[6]
a.    Intelegsi/tingkat kecerdasan siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber, 1988). Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menera pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia.
Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.
b.    Motivasi siswa
Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme-baik manusia ataupun hewan-yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitman, 1986; Reber, 1988).
Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam:
1)   Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kebutuhan masa depan siswa yang bersangkutan.
2)   Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan/tata tertib sekolah, suri tauladan orang tua, guru, dan seterusnya merupakan contoh konkrit motivasi- motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar.
Dalam perspektif kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan mencapai prestasi dan dorongan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, umpamanya, memberi pengaruh lebih kuat dan relatif lebih langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orangtua dan guru.
c.    Minat siswa
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.[7] Tidak adanya minat seseorang anak terhadap sesuatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapan, tidak sesuai dengan tipe-tipe khusus anak banyak menimbulkan problema pada dirinya. Karena itu pelajaran pun tidak pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya timbul kesulitan. Ada tidaknya minat terhadap sesuatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan, memerhatikan garis miring tidaknya dalam pelajaran itu.[8]
d.   Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif atau negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama kepada anda dan mata pelajaran yang anda sajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap proses belajar anda dan mata pelajaran anda, apalagi bila diiringi kebencian kepada anda atau pada mata pelajaran anda dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.[9]
Sikap belajar ikut menentukan intensitas kegiatan belajar. Sikap belajar yang positif akan menimbulkan intensitas kegiatan yang lebih tinggi dibanding dengan sikap belajar yang negatif. Peranan sikap bukan saja ikut menentukan apa yang dilihat seseorang, melainkan juga bagaimana ia melihatnya. Segi afektif dalam sikap merupakan sumber motif. Sikap belajar yang positif dapat disamakan dengan minat, sedang minat akan memperlancar jalannya pelajaran siswa yang malas, tidak mau belajar dan gagal dalam belajar, disebabkan oleh tidak adanya minat.
Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap belajar ikut berperan dalam menentukan aktivitas belajar siswa. Sikap belajar yang positif berkaitan erat dengan minat dan motivasi. Oleh karena itu, apabila faktor lainnya sama, siswa yang sikap belajarnya positif akan belajar lebih aktif dan dengan demikian akan memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan siswa yang sikap belajarnya negatif.[10]
e.    Bakat siswa
Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988). Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat itu mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai talented child, yakni anak berbakat.
Dalam perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Seorang siswa yang berbakat dalam bidang elektro, misalnya, akan jauh lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan, dan keterampilan yang berhubungan dengan bidang tersebut dibanding dengan siswa lainnya. Inilah yang kemudian disebut bakat khusus (specific aptitude) yang konon tak dapat dipelajari karena merupakan karunia inborn (pembawaan sejak lahir).[11]

B.       Faktor-faktor Eksternal yang Memengaruhi Belajar
1.    Faktor-faktor sosial
Yang dimaksud dengan faktor-faktor sosial di sini adalah faktor manusia (sesama manusia), baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir. Kehadiran orang atau orang-orang lain pada waktu seseorang sedang belajar, banyak kali mengganggu belajar itu.[12]
a.    Faktor guru
Terutama dalam belajar di sekolah, faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang penting pula. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak.[13]
b.    Faktor teman
Teman bergaul pengaruhnya sangat besar dan lebih cepat masuk dalam jiwa anak. Apabila anak suka bergaul dengan mereka yang tidak sekolah, maka ia akan malas belajar, sebab cara hidup anak yang bersekolah berlainan dengan anak yang tidak bersekolah. Kewajiban orang tua adalah mengawasi mereka serta mencegahnya agar mengurangi pergaulan dengan mereka.[14]
c.    Faktor orang tua
Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurangnya perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidaknya kedua orang tua, akrab atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak-anak, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semuanya itu turut memengaruhi pencapaian hasil belajar anak.
d.   Faktor masyarakat
Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila di sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya, baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya, apabila tinggal di lingkungan banyak anak-anak yang nakal, tidak bersekolah dan pengangguran, hal ini akan mengurangi semangat belajar atau dapat dikatakan tidak menunjang sehingga motivasi belajar berkurang.[15]
2.    Faktor-faktor non sosial
a.    Faktor waktu belajar
Apabila sekolah masuk sore, siang, malam, maka kondisi anak tidak lagi dalam keadaan yang optimal untuk menerima pelajaran. Sebab energi sudah berkurang, di samping udara yang relatif panas di waktu siang, dapat mempercepat proses kelelahan. Waktu dalam kondisi fisik sudah minta istirahat, karena itu maka waktu yang baik untuk belajar adalah pagi hari.[16]
b.    Faktor tempat belajar
Ruangan harus memenuhi syarat kesehatan seperti:
1)   Ruangan harus berjendela, ventilasi cukup, udara segar dapat masuk ruangan, sinar dapat menerangi ruangan.
2)   Dinding harus bersih, putih, tidak terlihat kotor.
3)   Lantai tidak becek, licin atau kotor.
4)   Keadaan gedung yang jauh dari tempat keramaian (pasar, bengkel, pabrik, dan lain-lain) sehingga anak mudah konsentrasi dalam belajarnya.[17]
c.    Faktor tempat kebisingan
Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat penting dalam memengaruhi prestasi belajar. Keadaan lingkungan, bangunan rumah, susana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim dan sebagainya. Misalnya bila bangunan rumah penduduk sangat rapat, akan mengganggu belajar. Keadaan lalu lintas yang membisingkan, suara hiruk pikuk orang disekitar, suara pabrik, polusi udara,iklim yang terlalu panas, semuanya ini akan memengaruhi kegairahan belajar. Sebaliknya, tempat yang sepi dengan iklim yang sejuk, ini akan menunjang proses belajar.[18]
d.   Faktor alat belajar
Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran yang tidak baik. Terutama pelajaran yang bersifat praktikum, kurangnya alat laboratorium akan banyak menimbulkan kesulitan dalam belajar. Kemajuan teknologi membawa perkembangan pada alat-alat pelajaran/ pendidikan, sebab yang dulu tidak ada sekarang menjadi ada. Misalnya, mikroskop, gelas ukuran, teleskop, everhed proyektor, slide, dan lain-lain.[19]

IV.          KESIMPULAN
Secara garis besar, faktor-faktor yang Memengaruhi Belajar ada dua:
A.    Faktor-faktor Internal yang memengaruhi belajar
1.    Faktor internal dalam aspek fisiologis
a.    Keadaan tonus jasmani pada umumnya
b.    Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu
2.    Faktor internal dalam aspek psikologis
a.    Intelegsi/tingkat kecerdasan siswa
b.    Motivasi siswa
c.    Minat siswa
d.   Sikap siswa
e.    Bakat siswa
B.     Faktor-faktor Eksternal yang memengaruhi belajar
1.    Faktor-faktor sosial: faktor guru, faktor teman, faktor orang tua, faktor masyarakat.
2.    Faktor-faktor non sosial: faktor waktu belajar, faktor tempat belajar, faktor tempat kebisingan, faktor alat belajar

V.          PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan. Semoga memberikan manfaat bagi pembaca dan juga pemakalah. Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan makalah salanjutnya.





DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi Abu dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010
Dalyono, M., Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010
Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara,2011
Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996
Sabri, M. Alisuf, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006



[1] Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 19
[2] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet. XII, hlm. 132-133
[3] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), cet XII, hlm. 235
[4] M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), cet. III, hlm. 60
[5] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, hlm. 132-133
[6] Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, hlm. 20
[7] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, hlm. 136-137
[8] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), cet. II,  hlm. 83
[9] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, hlm. 133-135
[10] Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2011), cet. V, hlm. 116-117
[11] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, hlm. 135-136
[12] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, hlm. 234
[13] M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996), cet. XI, hlm. 104-105
[14] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, hlm. 92-93
[15] M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), cet. VI, hlm. 59-60
[16] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, hlm. 92
[17] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, hlm. 91
[18] M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, hlm.60
[19] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar,  90-91