FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI BELAJAR
I.
PENDAHULUAN
Aktivitas belajar bagi setiap individu tidak
selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang
tidak, kadang-kadang dapat dapat cepat menangkap apa yang dipelajari,
kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat terkadang semangatnya
tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi. Demikian
kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan
sehari-hari dalam kaitannya dengan aktivitas belajar. Telah dikatakan bahwa
belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau
pembaharuan dalam tingkah laku dan atau kecakapan. Sampai dimanakah perubahan
itu dapat tercapai atau dengan kata lain, berhasil atau tidaknya seseorang/
anak didik dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang memengaruhi pencapaian
hasil belajar, yaitu berasal dari dari dalam diri orang yang belajar (faktor
internal) dan ada pula yang berasal dari luar dirinya (faktor eksternal). Dalam
makalah ini akan dibahas tentang faktor-faktor yang memengaruhi belajar.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa Sajakah Faktor-faktor Internal yang
Memengaruhi Belajar?
B.
Apa Sajakah Faktor-faktor Eksternal yang
Memengaruhi Belajar?
III.
PEMBAHASAN
A.
Faktor-faktor Internal yang Memengaruhi
Belajar
Faktor internal adalah faktor-faktor yang
berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar.
Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
1.
Faktor internal dalam aspek fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor
yang berhubungan dengan kondisi fisik
individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam[1],
yaitu:
a. Keadaan tonus jasmani pada umumnya
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot)
yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
memengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi
organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing-pusing kepala misalnya,
dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang
dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus
jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengonsumsi makanan dan
minuman yang bergizi. Selain itu, siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat
dan olah raga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan
berkesinambungan. Hal ini penting sebab perubahan pola makan minum dan
istirahat akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat
mental siswa itu sendiri.[2]
Dalam hubungan dalam hal ini ada dua hal yang perlu
dikemukakan:
1) Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan mengakibatkan
kurangnya tonus jasmani, yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas
mengantuk, lekas lelah, dan sebagainya. Terlebih-lebih bagi anak-anak yang
masih sangat muda, pengaruh itu besar sekali.
2) Beberapa penyakit yang kronis sangat mengganggu belajar itu.
Penyakit-penyakit seperti pilek, influensa, sakit gigi, batuk dan yang sejenis
dengan itu biasanya diabaikan karena dipandang tidak cukup serius untuk
mendapatkan perhatian dan pengobatan; akan tetapi dalam kenyataannya
penyakit-penyakit semacam ini sangat mengganggu aktivitas belajar itu.[3]
b. Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu
Faktor kondisi fisiologis siswa terdiri dari
kondisi kesehatan dan kebugaran fisik dan kondisi panca inderanya terutama
penglihatan dan pendengaran.[4] Kondisi
organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera
penglihat, juga sangat memengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan
pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas. Daya pendengaran dan
penglihatan siswa yang rendah, umpamanya, akan menyulitkan sensory register
dalam menyerap item-item informasi yang bersifat echoic dan econic
(gema dan citra). Akibat negatif selanjutnya adalah terhambatnya proses informasi
yang dilakukan oleh sistem memori siswa tersebut.[5]
2.
Faktor internal dalam aspek psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan
psikologis seseorang yang dapat memengaruhi prosese belajar. Beberapa faktor
psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa,
motivasi, minat, sikap, dan bakat.[6]
a.
Intelegsi/tingkat kecerdasan siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan
sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber, 1988). Jadi, intelegensi
sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas
organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak
dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol daripada peran
organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menera pengontrol” hampir
seluruh aktivitas manusia.
Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa
tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin
besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan
intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh
sukses.
b.
Motivasi siswa
Pengertian dasar motivasi ialah keadaan
internal organisme-baik manusia ataupun hewan-yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.
Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk
bertingkah laku secara terarah (Gleitman, 1986; Reber, 1988).
Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat
dibedakan menjadi dua macam:
1) Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal
dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan
belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi
materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kebutuhan masa
depan siswa yang bersangkutan.
2) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari
luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.
Pujian dan hadiah, peraturan/tata tertib sekolah, suri tauladan orang tua,
guru, dan seterusnya merupakan contoh konkrit motivasi- motivasi ekstrinsik
yang dapat menolong siswa untuk belajar.
Dalam perspektif kognitif, motivasi yang lebih
signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng
serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan
mencapai prestasi dan dorongan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa
depan, umpamanya, memberi pengaruh lebih kuat dan relatif lebih langgeng
dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orangtua dan
guru.
c.
Minat siswa
Secara sederhana, minat (interest)
berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu.[7]
Tidak adanya minat seseorang anak terhadap sesuatu pelajaran akan timbul kesulitan
belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya,
tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapan, tidak sesuai
dengan tipe-tipe khusus anak banyak menimbulkan problema pada dirinya. Karena
itu pelajaran pun tidak pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya timbul
kesulitan. Ada tidaknya minat terhadap sesuatu pelajaran dapat dilihat dari
cara anak mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan, memerhatikan garis
miring tidaknya dalam pelajaran itu.[8]
d.
Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi
afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency)
dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya,
baik secara positif atau negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif,
terutama kepada anda dan mata pelajaran yang anda sajikan merupakan pertanda
awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. sebaliknya, sikap negatif
siswa terhadap proses belajar anda dan mata pelajaran anda, apalagi bila
diiringi kebencian kepada anda atau pada mata pelajaran anda dapat menimbulkan
kesulitan belajar siswa tersebut.[9]
Sikap belajar ikut menentukan intensitas
kegiatan belajar. Sikap belajar yang positif akan menimbulkan intensitas
kegiatan yang lebih tinggi dibanding dengan sikap belajar yang negatif. Peranan
sikap bukan saja ikut menentukan apa yang dilihat seseorang, melainkan juga
bagaimana ia melihatnya. Segi afektif dalam sikap merupakan sumber motif. Sikap
belajar yang positif dapat disamakan dengan minat, sedang minat akan
memperlancar jalannya pelajaran siswa yang malas, tidak mau belajar dan gagal
dalam belajar, disebabkan oleh tidak adanya minat.
Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas
dapat disimpulkan bahwa sikap belajar ikut berperan dalam menentukan aktivitas
belajar siswa. Sikap belajar yang positif berkaitan erat dengan minat dan
motivasi. Oleh karena itu, apabila faktor lainnya sama, siswa yang sikap
belajarnya positif akan belajar lebih aktif dan dengan demikian akan memperoleh
hasil yang lebih baik dibandingkan siswa yang sikap belajarnya negatif.[10]
e.
Bakat siswa
Secara umum, bakat (aptitude) adalah
kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada
masa yang akan datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988). Dengan demikian, sebetulnya
setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi
sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara
global bakat itu mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang
berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very
superior) disebut juga sebagai talented child, yakni anak berbakat.
Dalam perkembangan selanjutnya, bakat kemudian
diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa
banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Seorang siswa yang
berbakat dalam bidang elektro, misalnya, akan jauh lebih mudah menyerap
informasi, pengetahuan, dan keterampilan yang berhubungan dengan bidang
tersebut dibanding dengan siswa lainnya. Inilah yang kemudian disebut bakat
khusus (specific aptitude) yang konon tak dapat dipelajari karena
merupakan karunia inborn (pembawaan sejak lahir).[11]
B. Faktor-faktor Eksternal yang Memengaruhi Belajar
1. Faktor-faktor sosial
Yang dimaksud dengan faktor-faktor sosial di
sini adalah faktor manusia (sesama manusia), baik manusia itu ada (hadir)
maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir. Kehadiran
orang atau orang-orang lain pada waktu seseorang sedang belajar, banyak kali
mengganggu belajar itu.[12]
a. Faktor guru
Terutama dalam belajar di sekolah, faktor guru
dan cara mengajarnya merupakan faktor yang penting pula. Bagaimana sikap dan
kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan
bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya,
turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak.[13]
b. Faktor teman
Teman bergaul pengaruhnya sangat besar dan
lebih cepat masuk dalam jiwa anak. Apabila anak suka bergaul dengan mereka yang
tidak sekolah, maka ia akan malas belajar, sebab cara hidup anak yang
bersekolah berlainan dengan anak yang tidak bersekolah. Kewajiban orang tua
adalah mengawasi mereka serta mencegahnya agar mengurangi pergaulan dengan
mereka.[14]
c. Faktor orang tua
Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya
terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang
tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurangnya perhatian dan bimbingan
orang tua, rukun atau tidaknya kedua orang tua, akrab atau tidaknya hubungan
orang tua dengan anak-anak, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semuanya
itu turut memengaruhi pencapaian hasil belajar anak.
d. Faktor masyarakat
Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi
belajar. Bila di sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari
orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah
tinggi dan moralnya, baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar.
Tetapi sebaliknya, apabila tinggal di lingkungan banyak anak-anak yang nakal,
tidak bersekolah dan pengangguran, hal ini akan mengurangi semangat belajar atau
dapat dikatakan tidak menunjang sehingga motivasi belajar berkurang.[15]
2.
Faktor-faktor non sosial
a.
Faktor waktu belajar
Apabila sekolah masuk sore, siang, malam, maka
kondisi anak tidak lagi dalam keadaan yang optimal untuk menerima pelajaran.
Sebab energi sudah berkurang, di samping udara yang relatif panas di waktu
siang, dapat mempercepat proses kelelahan. Waktu dalam kondisi fisik sudah
minta istirahat, karena itu maka waktu yang baik untuk belajar adalah pagi
hari.[16]
b.
Faktor tempat belajar
Ruangan harus memenuhi syarat kesehatan seperti:
1) Ruangan harus berjendela, ventilasi cukup, udara segar dapat masuk ruangan,
sinar dapat menerangi ruangan.
2) Dinding harus bersih, putih, tidak terlihat kotor.
3) Lantai tidak becek, licin atau kotor.
4) Keadaan gedung yang jauh dari tempat keramaian (pasar, bengkel, pabrik, dan
lain-lain) sehingga anak mudah konsentrasi dalam belajarnya.[17]
c.
Faktor tempat kebisingan
Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat
penting dalam memengaruhi prestasi belajar. Keadaan lingkungan, bangunan rumah,
susana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim dan sebagainya. Misalnya bila
bangunan rumah penduduk sangat rapat, akan mengganggu belajar. Keadaan lalu
lintas yang membisingkan, suara hiruk pikuk orang disekitar, suara pabrik,
polusi udara,iklim yang terlalu panas, semuanya ini akan memengaruhi kegairahan
belajar. Sebaliknya, tempat yang sepi dengan iklim yang sejuk, ini akan
menunjang proses belajar.[18]
d.
Faktor alat belajar
Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat
penyajian pelajaran yang tidak baik. Terutama pelajaran yang bersifat
praktikum, kurangnya alat laboratorium akan banyak menimbulkan kesulitan dalam
belajar. Kemajuan teknologi membawa perkembangan pada alat-alat pelajaran/ pendidikan,
sebab yang dulu tidak ada sekarang menjadi ada. Misalnya, mikroskop, gelas
ukuran, teleskop, everhed proyektor, slide, dan lain-lain.[19]
IV.
KESIMPULAN
Secara garis besar, faktor-faktor
yang
Memengaruhi Belajar ada dua:
A.
Faktor-faktor Internal yang memengaruhi
belajar
1.
Faktor internal dalam aspek fisiologis
a. Keadaan tonus jasmani pada umumnya
b. Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu
2.
Faktor internal dalam aspek psikologis
a.
Intelegsi/tingkat kecerdasan siswa
b.
Motivasi siswa
c.
Minat siswa
d.
Sikap siswa
e.
Bakat siswa
B. Faktor-faktor Eksternal yang memengaruhi belajar
1. Faktor-faktor sosial: faktor guru, faktor teman, faktor orang tua, faktor
masyarakat.
2.
Faktor-faktor non sosial: faktor waktu belajar,
faktor tempat belajar, faktor tempat kebisingan, faktor alat belajar
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan.
Semoga memberikan manfaat bagi pembaca dan juga pemakalah. Kami menyadari masih
banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini dan makalah salanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar,
Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran,
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010
Dalyono, M., Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka
Cipta, 2010
Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi
Aksara,2011
Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1996
Sabri, M. Alisuf, Psikologi Pendidikan Berdasarkan
Kurikulum Nasional, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2004
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan
Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006
[1] Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 19
[2] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet. XII, hlm. 132-133
[3] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2004), cet XII, hlm. 235
[4] M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional,
(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), cet. III, hlm. 60
[8] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2004), cet. II, hlm. 83
[10] Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2011), cet.
V, hlm. 116-117
[12] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, hlm. 234
[13] M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1996), cet. XI, hlm. 104-105
Tidak ada komentar:
Posting Komentar