KARYAWISATA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
I.
PENDAHULUAN
Pembelajaran yang efektif perlu di dukung oleh penggunaan media
pembelajaran. Selain berfungsi sebagai alat bantu bagi guru dalam mengajar,
media pembelajaran juga dapat menjadi alat bantu bagi siswa agar siswa lebih
mudah memahami materi pelajaran yang dipelajari. Untuk meningkatkan
hasil belajar, maka media pembelajaran perlu dijadikan sebagai sumber belajar
bagi siswa, termasuk di dalamnya adalah media lingkungan yang salah satu cara mempelajarinya yaitu
dengan karyawisata. Berdasarkan
beberapa pendapat para praktisi pendidikan menjadikan Lingkungan sebagai media
dan sumber belajar para siswa dapat dioptimalkan dalam proses pengajaran untuk
memperkaya bahan dan kegiatan belajar siswa di sekolah. Sehingga siswa tidak
hanya membayangkan satu obyek yang di pelajarinya,
akan tetapi akan mengetahui wujud asli dari obyek yang dipelajari,
sehingga dapat lebih mengetahui dan memahami obyek tersebut. Sebagaimana karyawisata yang dijadikan sebagai
media pembelajaran.
II.
RUMUSAN
MASALAH
A.
Apa Pengertian dari Karyawisata?
B.
Bagaimana Pemanfaatan Karyawisata sebagai
Media Pembelajaran?
C.
Apa Saja Kelebihan dan Kekurangan Karyawisata
sebagai Media Pembelajaran?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Karyawisata
Kata “karyawisata” berasal dari karya
yang artinya kerja, dari wisata yang berarti pergi. Dengan
demikian, “karyawisata” berarti pergi bekerja. Atau bepergian ke suatu tempat
untuk bekerja. Di dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar,
pengertian karyawisata ialah bahwa murid-murid akan mempelajari suatu obyek di
tempat mana obyek itu terdapat. Jadi, apa yang disebut dengan bekerja
sebenarnya yang dimaksud ialah mempelajari sesuatu.[1] Dalam
pengertian pendidikan karyawisata adalah kunjungan siswa ke luar kelas untuk
mempelajari objek tertentu sebagai bagian integral dari kegiatan kurikuler di
sekolah.[2]
Karyawisata dilakukan di bawah bimbingan guru dengan membuat perencanaan
yang matang terlebih dahulu, perumusan tujuan dan tugas yang harus dilakukan,
misalnya mengunjungi pabrik, perkebunan, museum, dan sebagainya. Dalam
menggunakan karyawisata perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Tujuan harus jelas dan rencana cermat dan matang.
b. Anak didik mempelajari segala sesuatu yang akan dikunjungi tersebut.
c. Anak didik dapat melihat hubungan karyawisata dengan apa yang mereka
pelajari.
d. Anak didik mengerti apa tujuan yang akan dicapai dari karyawisata, dan apa
yang diharapkan dari masing-masing mereka sekembalinya dari karyawisata
tersebut.
e. Guru atau salah seorang utusan sebaiknya pergi terlebih dahlu untuk
mengunjungi objek karyawisata supaya dapat membuat perencanaan yang lebih
matang.
f. Setiap kegiatan karyawisata didiskusikan dan dinilai.
g. Anak didik diminta untuk membuat laporan.
h. Diusahakan jangan sampai terlalu banyak mengganggu bidang studi lainnya.[3]
B. Pemanfaatan Karyawisata sebagai Media Pembelajaran
Objek karyawisata harus relevan dengan bahan pengajaran, misalnya musium
untuk pelajaran sejarah, kebun binatang untuk pelajaran biologi, taman mini
untuk pelajaran ilmu bumi dan kebudayaan, peneropongan bintang di Lembang untuk
fisika dan astronomi. Karyawisata di samping untuk kegiatan belajar, sekaligus
juga rekreasi yang mengandung nilai edukatif. Karyawisata sebaiknya dilakukan
pada akhir semester atau catur wulan, dan dikaitkan dengan keperluan pengajaran
dari berbagai bidang studi secara bersama-sama, serta dibimbing oleh guru
bidang studi yang bersangkutan.[4]
Pada umumnya, alasan pemaikaian metode dan sekaligus media karyawisata
ialah karena obyek yang akan dipelajari tidak dapat dibawa ke dalam kelas dan
hanya dapat dipelajari di tempat di mana obyek itu berada. Sebab-sebabnya
adalah antara lain:
1. Objeknya terlalu besar.
Misalnya di dekat sekolah sedang diadakan
perbaikan jalan di mana digunakan sebuah mesin giling. Tentunya mesin giling
ini tidak akan dapat dibawa ke dalam kelas karena terlampau besar. Walaupun
demikian murid-murid harus mengetahui bagaimana kerja sebuah mesin giling yang
tugasnya meratakan jalan yang telah ditaburi batu-batu dan dilapisi aspal serta
pasir itu. Agar murid-murid mengetahui cara kerja dan manfaat mesin giling itu,
guru membawa murid-murid ke luar kelas, ke tempat dimana mesin giling itu
sedang dipergunakan.
2. Obyeknya akan mengalami perubahan atau kerusakan jika dipindahkandari
tempatnya.
Misalnya dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
di mana akan mengajarkan dan memperlihatkan tanaman yang dinamai “puteri malu”.
Tanaman ini jika tersentuh sedikit saja akan segera menutup atau mengatupkan
daun-daunnya sehingga tidak dapat lagi dilihat bagaimana tanaman itu
sesungguhnya jika daun-daunnya sedang terbuka. Oleh karena itu, agar
keasliannya dapat diamati dengan baik, murid-murid harus dibawa ke kebun,
tegalan atau lapangan di mana tanaman “puteri malu” itu tumbuh.
3. Obyeknya terlampau berat.
Hal ini sama dengan yang telah diuraikan dalam
contoh pertama yaitu mengenai mesin giling. Karena beratnya tentu saja mesin
giling itu tidak akan dapat diminta untuk dimasukkan ke dalam halaman sekolah
karena halaman akan rusak. Jika akan dibawa ke dalam kelas, tentu itu semua
tidak mungkin dikerjakan. Dengan demikian tentunya lebih baik mambawa
murid-murid ke mesin giling tadi daripada membawa mesin giling itu ke sekolah.
4. Obyeknya berbahaya jika dibawa ke kelas.
Misalnya guru akan mengajarkan jenis-jenis
binatang buas. Tentunya guru tidak akan dapat membawa harimau dan singa ke
kelas, karena seandainya hal itu dapat dilakukan, tetap faktor keamanannya
tidak dapat dipertanggungjawabkan. Binatang-binatang itu terlalu buas untuk
dibawa begitu saja ke tempat-tempat umum. Dengan demikian, cara yang
sebaik-baiknya ialah dengan membawa murid-murid ke kebun binatang dimana
harimau dan singa itu dapat diamati murid-murid tanpa membahayakan keselamatan
mereka.
5. Obyeknya hanya terdapat di suatu tempat tertentu.
Misalnya pada suatu ketika diberitahukan dalam
surat kabar bahwa di Kebun Raya Bogor telah berkembang apa yang disebut Bunga
Bangkai Raksasa. Bunga itu tidak dapat dan tentu tidak boleh diangkut ke tempat
lain. Oleh karena itu, jika guru bermaksud memperkenalkan bunga raksasa
tersebut kepada murid-murid, maka jalan satu-satunya ialah berkaryawisata ke
Kebun Raya Bogor karena hanya di sanalah pada waktu itu terdapat bunga
tersebut.[5]
Karyawisata mempunyai karakteristik sebagai
berikut:
1. Memberi pengalaman-pengalaman langsung. Anak belajar dengan menggunakan
segala macam alat indera. Satu karyawisata lebih berharga daripada seratus
gambar.
2. Membangkitkan minat baru atau memperkuat minat yang telah ada.
3. Memberi motivasi kepada murid untuk menyelidiki sebab musabab sesuatu.
4. Menanamkan kesadaran akan masalah-masalah yang terdapat di dalam
masyarakat.
5. Memberi pengertian yang lebih luas tentang kehidupan dalam masyarakat.
Setiap karyawisata harus direncanakan dengan cermat. Tanpa persiapan usaha itu
pasti gagal. Karyawisata biasanya dilakukan dengan tujuan-tujuan sebagai
berikut:
1. Membangkitkan minat untuk suatu unit yang akan dilakukan.
2. Mengumpulkan bahan mengenai suatu masalah.
3. Sebagai kegiatan kulminasi suatu unit.[6]
Sebelum karyawisata dilakukan siswa, sebaiknya
direncanakan objek yang akan dipelajari dan cara mempelajarinya serta kapan
sebaiknya dipelajari.[7] Biasanya
karyawisata dilakukan dalam rangka mempelajari sesuatu bagian mata pelajaran.
Sebenarnya satu kali karyawisata bisa digunakan untuk macam-macam pelajaran.
Satu objek karyawisata yang samapun bisa dijadikan tujuan yang berbeda-beda
dari bermacam-macam mata pelajaran.
Sebelum menentukan tempat yang akan dijadikan obyek karyawisata, kita
menelaah dahulu tujuan-tujuan yang diharapkan tercapai. Selanjutnya
dipertimbangkan apakah karyawisata ke tempat tujuan itu dapat tercapai dengan
efektif. Jika setelah dipertimbangkan bahwa obyek karyawisata itu menemui
tujuan yang diharapkan tercapai, barulah kita menentukan tempat itu akan
dijadikan obyek karyawisata.[8]
Agar pelaksanaan karyawisata dapat efektif, maka perlu memperhatikan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Masa persiapan/perencanaan
a. Merumuskan dan menjelaskan tujuan karyawisata.
Anak-anak harus semua mengetahui apa sebab mereka pergi
dan apa yang diharapkan dari masing-masing. Mereka harus melihat hubungan
karyawisata dengan masalah yang mereka hadapi.
b. Menyuruh murid-murid lebih dahulu mempelajari serba sesuatu mengenai apa
yang akan dikunjungi itu.
c. Menyediakan sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban sebagai
hasil karyawisata itu.
d. Menyiapkan segala sesuatu untuk keperluan karyawisata itu.
1) Meminta izin dari obyek yang akan dikunjungi.
2) Mengunjungi objek itu lebih dahulu agar dapat mengadakan perencanaan yang
teliti.
3) Mengadakan pembicaraan dengan orang-orang yang diminta bantuannya.
4) Mengurus soal keuangan, pengankutan, usaha menjamin keselamatan anak dan
sebagainya.
5) Meminta surat izin dari orang tua murid.
6) Membuat rencana tertulis tentang karyawisata, beserta rencana waktu, tempat
yang dikunjungi dan daftar nma-nama murid. Salinannya diberikan kepada kepala
sekolah.
2. Masa pelaksanaan karyawisata
a. Periksa surat-surat orang tua, jumlah murid berdasarkan daftar nama-nama
murid.
b. Pelihara ketertiban selama karyawisata. Sebaiknya anak-anak sendiri
mendiskusikan peraturan-peraturan selama karyawisata itu.
c. Laksanakan karyawisata itu menurut waktu yang telah direncanakan.
d. Bawa semua anak-anak kembali ke sekolah. Periksa apakah semua anak hadir.
Sekali-kali jangan bolehkan anak-anak pulang sendiri ke rumah dari tempat obyek
yang dikunjungi.[9]
Pada langkah ini adalah melakukan kegiatan belajar di tempat tujuan sesuai
dengan rencana yang telah dipersiapkan. Biasanya kegiatan belajar diawali
dengan penjelasan petugas mengenai objek yang dikunjungi sesuai dengan
permintaan yang telah disampaikan sebelumnya. Dalam penjelasan tersebut, para
siswa bisa mengajukan beberapa pertanyaan melalui kelompoknya masing-masing
supaya waktunya lebih hemat. Catatlah semua informasi yang diperoleh dari
penjelasan tersebut. setelah informasi diberikan oleh petugas, para siswa
dengan bimbingan petugas melihat dan mengamati objek yang dipelajari. Dalam
proses ini petugas memberi penjelasan berkenaan dengan cara kerja atau proses
kerja, mekanismenya atau hal lain sesuai dengan objek yang dipelajari. Siswa
bisa bertanya atau juga mempraktekkan jika dimungkinkan serta mencatatnya. Berikutnya
para siswa dalam kelompoknya mendiskusikan hasil-hasil belajarnya, untuk lebih
melengkapi dan memahami materi yang dipelajarinya.[10]
3. Masa kembali dari karyawisata
a. Mengadakan diskusi mengenai segala hal hasil dari karyawisata itu.
b. Menyusun laporan, atau paper atau kesimpulan yang diperoleh.
c. Tindak lanjut dari hasil karyawisata seperti; membuat grafik, gambar,
model-model, diagram, alat-alat lain dan sebagainya.[11]
Guru dapat meminta kesan-kesan yang diperoleh
siswa dari kegiatan belajar tersebut, di samping menyimpulkan materi yang telah
diperoleh dan dihubungkan dengan bahan pengajaran bidang studinya. Di lain
pihak guru juga memberikan penilaian terhadap kegiatan belajar siswa dan
hasil-hasil yang dicapainya. Tugas lanjutan dari kegiatan belajar tersebut
dapat diberikan sebagai pekerjaan rumah, misalnya menyusun laporan yang lebih
lengkap, membuat pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan hasil kunjungan, atau
membuat karangan berkenaan dengan kesan-kesan yang diperoleh siswa dari
kegiatan belajarnya.[12]
C. Kelebihan dan Kekurangan Karyawisata sebagai Media Pembelajaran
Karyawisata sebagai media pembelajaran memiliki kelebihan
dan kekurangan sebagai berikut:
1.
Kelebihan karyawisata sebagai media
pembelajaran:
a.
Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak
membosankan siswa duduk di kelas berjam-jam, sehingga motivasi belajar siswa
akan lebih tinggi.
b.
Hakikat belajar akan lebih bermakna, sebab
siswa dihadapkan dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat
alami.
c.
Bahan-bahan yang didapat dipelajari lebih kaya
serta lebih faktual, sehingga kebenarannya lebih akurat.
d.
Kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan
lebih aktif, sebab dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mengamati,
bertanya atau wawancara, membuktikan atau mendemonstrasikan, menguji fakta, dan
lain-lain.[13]
e.
Menghindarkan terjadinya verbalisme (dapat
mengucapkan kata atau nama obyek tetapi tidak mengetahui apa maknanya).
f.
Memperkaya pengalaman murid-murid, terutama
mengenai obyek-obyek disekitarnya, dan alam di sekitarnya.
g.
Mengembangkan, menanamkan dan memupuk rasa
cinta pada alam dan tanah air.
h.
Menanamkan, mengembangkan dan memupuk
keyakinan akan ke-Agungan Allah SWT.[14]
2.
Kekurangan karyawisata sebagai media
pembelajaran:
a.
Fasilitas yang diperlukan dan biaya yang
dipergunakan sulit untuk disediakan oleh siswa atau sekolah.
b.
Sangat memerlukan persiapan atau perencanaan
yang matang.
c.
Memerlukan koordinasi dengan guru serta bidang
studi lain agar terjadi tumpang tindih waktu dan kegiatan selama karyawisata.
d.
Dalam karyawisata sering unsur rekreasi
menjadi lebih prioritas daripada tujuan utama, sedang unsur studinya menjadi
terabaikan.
e.
Sulit mengatur siswa yang banyak dalam
perjalanan dan mengarahkan mereka kepada kegiatan studi yang menjadi
permasalahan.[15]
IV.
ANALISIS
Karyawisata merupakan salah satu dari teknik
atau cara bagaimana mempelajari lingkungan sebagai media pembelajaran.
Karyawisata ini digunakan karena memiliki tujuan agar siswa dapat memperoleh
pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya, dapat turut menghayati tugas
pekerjaan milik seseorang, serta dapat bertanya jawab, mungkin dengan jalan
demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran,
ataupun pengetahuan umum. Mereka juga bisa melihat, mendengar, meneliti, dan
mencoba apa yang dihadapinya, agar nantinya dapat mengambil kesimpulan, dan
sekaligus dalam waktu yang sama ia bisa mempelajari beberapa matapelajaran.
Seorang guru dituntut untuk dapat menggunakan
berbagai media dalam menjalankan pembelajaran kelasnya. Penggunaan media
tersebut dimaksudkan agar siswa tidak hanya terpaku dalam suasana diajar
belaka, akan tetapi para siswa juga dapat ikut berpartisipasi secara aktif
dalam pembelajaran. Media pembelajaran ada kalanya dilaksanakan di luar kelas.
Sebagaimana karyawisata, yang merupakan salah satu media pembelajaran yang mana
siswa diajak ke luar kelas untuk melaksanakan pembelajaran. Di sini siswa dapat
berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran, karena siswa terjun langsung
dilapangan dan dapat melihat, meneliti sendiri obyek yang dituju. Dan jika
mengalami kendala dapat menanyakan langsung tentang hal tersebut pada guru atau
pemandu. Jika siswa itu sendiri kurang aktif, maka guru atau pemandu dituntut
untuk dapat merangsang siswa agar bertanya jika ada yang belum jelas mengenai
hal tersebut.
Karyawisata mengandung muatan belajar
mengajar, yang tidak hanya sekadar keluar kelas untuk bersenang-senang. Seperti
yang kita ketahui, hampir semua sekolah baik itu tingkat sekolah dasar,
menengah dan atas, semuanya menjadikan karyawisata sebagai salah satu kegiatan
tahunan. Progam tahunan itu sangat disukai siswa dan guru. Sebab, mereka bisa
sejenak terbebas dari kegiatan rutin belajar mengajar di kelas yang kadang
terasa membosankan. Namun, terkadang karyawisata hanya menjadi wadah untuk
bersenang-senang, belanja, menikmati hal-hal baru, dan dan hal-hal lain di luar
konteks belajar-mengajar.
Agar karyawisata terlaksana secara efektif dan
tidak hanya sekadar bersenang-senang, maka harus ada persiapan yang matang
sebelum karyawisata tersebut dilakukan. Dia antaranya adalah melaksanakan
karyawisata sesuai dengan waktu yang telah direncanakan, pemandu atau guru
harus mempunyai skill yang banyak untuk
mengondisikan siswa agar dapat menjaga ketertiban selama karyawisata,
siswa diberi tugas untuk membuat laporan sepulang dari karyawisata sehingga
siswa memperhatikan dan mengamati obyek dengan sungguh-sungguh, karyawisata tidak
harus jauh tapi yang paling penting adalah tujuannya tercapai.
V.
KESIMPULAN
A. Kata “karyawisata” berasal dari karya yang artinya kerja, dari
wisata yang berarti pergi. Dengan demikian, “karyawisata” berarti
pergi bekerja. Atau bepergian ke suatu tempat untuk bekerja. Di dalam
hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, pengertian karyawisata ialah
bahwa murid-murid akan mempelajari suatu obyek di tempat mana obyek itu
terdapat. Dalam pengertian pendidikan karyawisata adalah kunjungan siswa ke
luar kelas untuk mempelajari objek tertentu sebagai bagian integral dari
kegiatan kurikuler di sekolah.
B. Objek karyawisata harus relevan dengan bahan pengajaran, misalnya musium
untuk pelajaran sejarah, kebun binatang untuk pelajaran biologi, taman mini
untuk pelajaran ilmu bumi dan kebudayaan, peneropongan bintang di Lembang untuk
fisika dan astronomi. Karyawisata di samping untuk kegiatan belajar, sekaligus
juga rekreasi yang mengandung nilai edukatif. Karyawisata sebaiknya dilakukan
pada akhir semester atau catur wulan, dan dikaitkan dengan keperluan pengajaran
dari berbagai bidang studi secara bersama-sama, serta dibimbing oleh guru
bidang studi yang bersangkutan.
C. Karyawisata sebagai media pembelajaran memiliki kelebihan dan juga
kekurangan. Kelebihan karyawisata sebagai media pembelajaran antara lain: kegiatan
belajar lebih menarik dan tidak membosankan siswa, hakikat belajar akan lebih
bermakna, bahan-bahan yang didapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual,
kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan lebih aktif. Adapun kekurangan
dari karyawisata sebagai media pembelajaran antara lain: fasilitas yang
diperlukan dan biaya yang dipergunakan sulit untuk disediakan oleh siswa atau
sekolah, memerlukan persiapan atau perencanaan yang matang, memerlukan
koordinasi dengan guru serta bidang studi lain agar terjadi tumpang tindih
waktu dan kegiatan selama karyawisata, dalam karyawisata sering unsur rekreasi
menjadi lebih prioritas daripada tujuan utama, sedang unsur studinya menjadi
terabaikan.
VI.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan.
Semoga memberikan manfaat bagi pembaca dan juga pemakalah. Kami menyadari masih
banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini dan makalah salanjutnya.
DATAR PUSTAKA
Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran,
Jakarta: Ciputat Pres, 2002
Djajadisastra, Jusuf, Metode-Metode Mengajar,
Bandung: Angkasa, 1982
Djamarah, Syaiful Bahri, dan Aswan Zain, Strategi
Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010
Nasution, S., Didaktik Asas-Asas Mengajar,
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010
NK, Rostiyah, Strategi
Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008
Sudjana, Nana, dan Ahmad Rival, Media Pengajaran;
Penggunaan dan Pembuatannya, Bandung: CV. Sinar Baru,1997
Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar
Didaktik Metodik Kurikulum PBM, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1993
[2] Nana Sudjana dan Ahmad Rival, Media Pengajaran; Penggunaan dan
Pembuatannya, (Bandung: CV. Sinar Baru,1997), Cet VII, hlm. 210
[6] S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2010), Cet. IV, hlm. 133-134
[8] Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik
Metodik Kurikulum PBM, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1993), Cet. V,
hlm. 62
[10]
Nana Sudjana dan Ahmad Rival, Op. Cit., hlm. 216
[13]
Nana Sudjana dan Ahmad Rival, Op. Cit., hlm. 208
[14]
Jusuf Djajadisastra, Op. Cit., hlm. 34
[15] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar