Selasa, 22 Mei 2012

KARYAWISATA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN


KARYAWISATA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
I.          PENDAHULUAN
Pembelajaran yang efektif perlu di dukung oleh penggunaan media pembelajaran. Selain berfungsi sebagai alat bantu bagi guru dalam mengajar, media pembelajaran juga dapat menjadi alat bantu bagi siswa agar siswa lebih mudah memahami materi pelajaran yang dipelajari. Untuk meningkatkan hasil belajar, maka media pembelajaran perlu dijadikan sebagai sumber belajar bagi siswa, termasuk di dalamnya adalah media lingkungan yang salah satu cara mempelajarinya yaitu dengan karyawisata. Berdasarkan beberapa pendapat para praktisi pendidikan menjadikan Lingkungan sebagai media dan sumber belajar para siswa dapat dioptimalkan dalam proses pengajaran untuk memperkaya bahan dan kegiatan belajar siswa di sekolah. Sehingga siswa tidak hanya membayangkan satu obyek yang di pelajarinya, akan tetapi akan mengetahui wujud asli dari obyek yang dipelajari, sehingga dapat lebih mengetahui dan memahami obyek tersebut. Sebagaimana karyawisata yang dijadikan sebagai media pembelajaran.
      
II.          RUMUSAN  MASALAH
A.  Apa Pengertian dari Karyawisata?
B.  Bagaimana Pemanfaatan Karyawisata sebagai Media Pembelajaran?
C.  Apa Saja Kelebihan dan Kekurangan Karyawisata sebagai Media Pembelajaran?

III.          PEMBAHASAN
A.      Pengertian Karyawisata
Kata “karyawisata” berasal dari karya yang artinya kerja, dari wisata yang berarti pergi. Dengan demikian, “karyawisata” berarti pergi bekerja. Atau bepergian ke suatu tempat untuk bekerja. Di dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, pengertian karyawisata ialah bahwa murid-murid akan mempelajari suatu obyek di tempat mana obyek itu terdapat. Jadi, apa yang disebut dengan bekerja sebenarnya yang dimaksud ialah mempelajari sesuatu.[1] Dalam pengertian pendidikan karyawisata adalah kunjungan siswa ke luar kelas untuk mempelajari objek tertentu sebagai bagian integral dari kegiatan kurikuler di sekolah.[2]
Karyawisata dilakukan di bawah bimbingan guru dengan membuat perencanaan yang matang terlebih dahulu, perumusan tujuan dan tugas yang harus dilakukan, misalnya mengunjungi pabrik, perkebunan, museum, dan sebagainya. Dalam menggunakan karyawisata perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.    Tujuan harus jelas dan rencana cermat dan matang.
b.    Anak didik mempelajari segala sesuatu yang akan dikunjungi tersebut.
c.    Anak didik dapat melihat hubungan karyawisata dengan apa yang mereka pelajari.
d.   Anak didik mengerti apa tujuan yang akan dicapai dari karyawisata, dan apa yang diharapkan dari masing-masing mereka sekembalinya dari karyawisata tersebut.
e.    Guru atau salah seorang utusan sebaiknya pergi terlebih dahlu untuk mengunjungi objek karyawisata supaya dapat membuat perencanaan yang lebih matang.
f.     Setiap kegiatan karyawisata didiskusikan dan dinilai.
g.    Anak didik diminta untuk membuat laporan.
h.    Diusahakan jangan sampai terlalu banyak mengganggu bidang studi lainnya.[3]
B.       Pemanfaatan Karyawisata sebagai Media Pembelajaran
Objek karyawisata harus relevan dengan bahan pengajaran, misalnya musium untuk pelajaran sejarah, kebun binatang untuk pelajaran biologi, taman mini untuk pelajaran ilmu bumi dan kebudayaan, peneropongan bintang di Lembang untuk fisika dan astronomi. Karyawisata di samping untuk kegiatan belajar, sekaligus juga rekreasi yang mengandung nilai edukatif. Karyawisata sebaiknya dilakukan pada akhir semester atau catur wulan, dan dikaitkan dengan keperluan pengajaran dari berbagai bidang studi secara bersama-sama, serta dibimbing oleh guru bidang studi yang bersangkutan.[4]
Pada umumnya, alasan pemaikaian metode dan sekaligus media karyawisata ialah karena obyek yang akan dipelajari tidak dapat dibawa ke dalam kelas dan hanya dapat dipelajari di tempat di mana obyek itu berada. Sebab-sebabnya adalah antara lain:
1.    Objeknya terlalu besar.
Misalnya di dekat sekolah sedang diadakan perbaikan jalan di mana digunakan sebuah mesin giling. Tentunya mesin giling ini tidak akan dapat dibawa ke dalam kelas karena terlampau besar. Walaupun demikian murid-murid harus mengetahui bagaimana kerja sebuah mesin giling yang tugasnya meratakan jalan yang telah ditaburi batu-batu dan dilapisi aspal serta pasir itu. Agar murid-murid mengetahui cara kerja dan manfaat mesin giling itu, guru membawa murid-murid ke luar kelas, ke tempat dimana mesin giling itu sedang dipergunakan.
2.    Obyeknya akan mengalami perubahan atau kerusakan jika dipindahkandari tempatnya.
Misalnya dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di mana akan mengajarkan dan memperlihatkan tanaman yang dinamai “puteri malu”. Tanaman ini jika tersentuh sedikit saja akan segera menutup atau mengatupkan daun-daunnya sehingga tidak dapat lagi dilihat bagaimana tanaman itu sesungguhnya jika daun-daunnya sedang terbuka. Oleh karena itu, agar keasliannya dapat diamati dengan baik, murid-murid harus dibawa ke kebun, tegalan atau lapangan di mana tanaman “puteri malu” itu tumbuh.
3.    Obyeknya terlampau berat.
Hal ini sama dengan yang telah diuraikan dalam contoh pertama yaitu mengenai mesin giling. Karena beratnya tentu saja mesin giling itu tidak akan dapat diminta untuk dimasukkan ke dalam halaman sekolah karena halaman akan rusak. Jika akan dibawa ke dalam kelas, tentu itu semua tidak mungkin dikerjakan. Dengan demikian tentunya lebih baik mambawa murid-murid ke mesin giling tadi daripada membawa mesin giling itu ke sekolah.
4.    Obyeknya berbahaya jika dibawa ke kelas.
Misalnya guru akan mengajarkan jenis-jenis binatang buas. Tentunya guru tidak akan dapat membawa harimau dan singa ke kelas, karena seandainya hal itu dapat dilakukan, tetap faktor keamanannya tidak dapat dipertanggungjawabkan. Binatang-binatang itu terlalu buas untuk dibawa begitu saja ke tempat-tempat umum. Dengan demikian, cara yang sebaik-baiknya ialah dengan membawa murid-murid ke kebun binatang dimana harimau dan singa itu dapat diamati murid-murid tanpa membahayakan keselamatan mereka.
5.    Obyeknya hanya terdapat di suatu tempat tertentu.
Misalnya pada suatu ketika diberitahukan dalam surat kabar bahwa di Kebun Raya Bogor telah berkembang apa yang disebut Bunga Bangkai Raksasa. Bunga itu tidak dapat dan tentu tidak boleh diangkut ke tempat lain. Oleh karena itu, jika guru bermaksud memperkenalkan bunga raksasa tersebut kepada murid-murid, maka jalan satu-satunya ialah berkaryawisata ke Kebun Raya Bogor karena hanya di sanalah pada waktu itu terdapat bunga tersebut.[5]
Karyawisata mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1.    Memberi pengalaman-pengalaman langsung. Anak belajar dengan menggunakan segala macam alat indera. Satu karyawisata lebih berharga daripada seratus gambar.
2.    Membangkitkan minat baru atau memperkuat minat yang telah ada.
3.    Memberi motivasi kepada murid untuk menyelidiki sebab musabab sesuatu.
4.    Menanamkan kesadaran akan masalah-masalah yang terdapat di dalam masyarakat.
5.    Memberi pengertian yang lebih luas tentang kehidupan dalam masyarakat.
Setiap karyawisata harus direncanakan dengan cermat. Tanpa persiapan usaha itu pasti gagal. Karyawisata biasanya dilakukan dengan tujuan-tujuan sebagai berikut:
1.    Membangkitkan minat untuk suatu unit yang akan dilakukan.
2.    Mengumpulkan bahan mengenai suatu masalah.
3.    Sebagai kegiatan kulminasi suatu unit.[6]
Sebelum karyawisata dilakukan siswa, sebaiknya direncanakan objek yang akan dipelajari dan cara mempelajarinya serta kapan sebaiknya dipelajari.[7] Biasanya karyawisata dilakukan dalam rangka mempelajari sesuatu bagian mata pelajaran. Sebenarnya satu kali karyawisata bisa digunakan untuk macam-macam pelajaran. Satu objek karyawisata yang samapun bisa dijadikan tujuan yang berbeda-beda dari bermacam-macam mata pelajaran.
Sebelum menentukan tempat yang akan dijadikan obyek karyawisata, kita menelaah dahulu tujuan-tujuan yang diharapkan tercapai. Selanjutnya dipertimbangkan apakah karyawisata ke tempat tujuan itu dapat tercapai dengan efektif. Jika setelah dipertimbangkan bahwa obyek karyawisata itu menemui tujuan yang diharapkan tercapai, barulah kita menentukan tempat itu akan dijadikan obyek karyawisata.[8]
Agar pelaksanaan karyawisata dapat efektif, maka perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
1.    Masa persiapan/perencanaan
a.    Merumuskan dan menjelaskan tujuan karyawisata.
Anak-anak harus semua mengetahui apa sebab mereka pergi dan apa yang diharapkan dari masing-masing. Mereka harus melihat hubungan karyawisata dengan masalah yang mereka hadapi.
b.    Menyuruh murid-murid lebih dahulu mempelajari serba sesuatu mengenai apa yang akan dikunjungi itu.
c.    Menyediakan sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban sebagai hasil karyawisata itu.
d.   Menyiapkan segala sesuatu untuk keperluan karyawisata itu.
1)      Meminta izin dari obyek yang akan dikunjungi.
2)      Mengunjungi objek itu lebih dahulu agar dapat mengadakan perencanaan yang teliti.
3)      Mengadakan pembicaraan dengan orang-orang yang diminta bantuannya.
4)      Mengurus soal keuangan, pengankutan, usaha menjamin keselamatan anak dan sebagainya.
5)      Meminta surat izin dari orang tua murid.
6)      Membuat rencana tertulis tentang karyawisata, beserta rencana waktu, tempat yang dikunjungi dan daftar nma-nama murid. Salinannya diberikan kepada kepala sekolah.
2.    Masa pelaksanaan karyawisata
a.    Periksa surat-surat orang tua, jumlah murid berdasarkan daftar nama-nama murid.
b.    Pelihara ketertiban selama karyawisata. Sebaiknya anak-anak sendiri mendiskusikan peraturan-peraturan selama karyawisata itu.
c.    Laksanakan karyawisata itu menurut waktu yang telah direncanakan.
d.   Bawa semua anak-anak kembali ke sekolah. Periksa apakah semua anak hadir. Sekali-kali jangan bolehkan anak-anak pulang sendiri ke rumah dari tempat obyek yang dikunjungi.[9]
Pada langkah ini adalah melakukan kegiatan belajar di tempat tujuan sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan. Biasanya kegiatan belajar diawali dengan penjelasan petugas mengenai objek yang dikunjungi sesuai dengan permintaan yang telah disampaikan sebelumnya. Dalam penjelasan tersebut, para siswa bisa mengajukan beberapa pertanyaan melalui kelompoknya masing-masing supaya waktunya lebih hemat. Catatlah semua informasi yang diperoleh dari penjelasan tersebut. setelah informasi diberikan oleh petugas, para siswa dengan bimbingan petugas melihat dan mengamati objek yang dipelajari. Dalam proses ini petugas memberi penjelasan berkenaan dengan cara kerja atau proses kerja, mekanismenya atau hal lain sesuai dengan objek yang dipelajari. Siswa bisa bertanya atau juga mempraktekkan jika dimungkinkan serta mencatatnya. Berikutnya para siswa dalam kelompoknya mendiskusikan hasil-hasil belajarnya, untuk lebih melengkapi dan memahami materi yang dipelajarinya.[10]
3.    Masa kembali dari karyawisata
a.    Mengadakan diskusi mengenai segala hal hasil dari karyawisata itu.
b.    Menyusun laporan, atau paper atau kesimpulan yang diperoleh.
c.    Tindak lanjut dari hasil karyawisata seperti; membuat grafik, gambar, model-model, diagram, alat-alat lain dan sebagainya.[11]
Guru dapat meminta kesan-kesan yang diperoleh siswa dari kegiatan belajar tersebut, di samping menyimpulkan materi yang telah diperoleh dan dihubungkan dengan bahan pengajaran bidang studinya. Di lain pihak guru juga memberikan penilaian terhadap kegiatan belajar siswa dan hasil-hasil yang dicapainya. Tugas lanjutan dari kegiatan belajar tersebut dapat diberikan sebagai pekerjaan rumah, misalnya menyusun laporan yang lebih lengkap, membuat pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan hasil kunjungan, atau membuat karangan berkenaan dengan kesan-kesan yang diperoleh siswa dari kegiatan belajarnya.[12]

C.       Kelebihan dan Kekurangan Karyawisata sebagai Media Pembelajaran
Karyawisata sebagai media pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
1.    Kelebihan karyawisata sebagai media pembelajaran:
a.    Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan siswa duduk di kelas berjam-jam, sehingga motivasi belajar siswa akan lebih tinggi.
b.    Hakikat belajar akan lebih bermakna, sebab siswa dihadapkan dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami.
c.    Bahan-bahan yang didapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual, sehingga kebenarannya lebih akurat.
d.   Kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan lebih aktif, sebab dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mengamati, bertanya atau wawancara, membuktikan atau mendemonstrasikan, menguji fakta, dan lain-lain.[13]
e.    Menghindarkan terjadinya verbalisme (dapat mengucapkan kata atau nama obyek tetapi tidak mengetahui apa maknanya).
f.     Memperkaya pengalaman murid-murid, terutama mengenai obyek-obyek disekitarnya, dan alam di sekitarnya.
g.    Mengembangkan, menanamkan dan memupuk rasa cinta pada alam dan tanah air.
h.    Menanamkan, mengembangkan dan memupuk keyakinan akan ke-Agungan Allah SWT.[14]
2.    Kekurangan karyawisata sebagai media pembelajaran:
a.    Fasilitas yang diperlukan dan biaya yang dipergunakan sulit untuk disediakan oleh siswa atau sekolah.
b.    Sangat memerlukan persiapan atau perencanaan yang matang.
c.    Memerlukan koordinasi dengan guru serta bidang studi lain agar terjadi tumpang tindih waktu dan kegiatan selama karyawisata.
d.   Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi lebih prioritas daripada tujuan utama, sedang unsur studinya menjadi terabaikan.
e.    Sulit mengatur siswa yang banyak dalam perjalanan dan mengarahkan mereka kepada kegiatan studi yang menjadi permasalahan.[15]


IV.          ANALISIS
Karyawisata merupakan salah satu dari teknik atau cara bagaimana mempelajari lingkungan sebagai media pembelajaran. Karyawisata ini digunakan karena memiliki tujuan agar siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang, serta dapat bertanya jawab, mungkin dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran, ataupun pengetahuan umum. Mereka juga bisa melihat, mendengar, meneliti, dan mencoba apa yang dihadapinya, agar nantinya dapat mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam waktu yang sama ia bisa mempelajari beberapa matapelajaran.
Seorang guru dituntut untuk dapat menggunakan berbagai media dalam menjalankan pembelajaran kelasnya. Penggunaan media tersebut dimaksudkan agar siswa tidak hanya terpaku dalam suasana diajar belaka, akan tetapi para siswa juga dapat ikut berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Media pembelajaran ada kalanya dilaksanakan di luar kelas. Sebagaimana karyawisata, yang merupakan salah satu media pembelajaran yang mana siswa diajak ke luar kelas untuk melaksanakan pembelajaran. Di sini siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran, karena siswa terjun langsung dilapangan dan dapat melihat, meneliti sendiri obyek yang dituju. Dan jika mengalami kendala dapat menanyakan langsung tentang hal tersebut pada guru atau pemandu. Jika siswa itu sendiri kurang aktif, maka guru atau pemandu dituntut untuk dapat merangsang siswa agar bertanya jika ada yang belum jelas mengenai hal tersebut.
Karyawisata mengandung muatan belajar mengajar, yang tidak hanya sekadar keluar kelas untuk bersenang-senang. Seperti yang kita ketahui, hampir semua sekolah baik itu tingkat sekolah dasar, menengah dan atas, semuanya menjadikan karyawisata sebagai salah satu kegiatan tahunan. Progam tahunan itu sangat disukai siswa dan guru. Sebab, mereka bisa sejenak terbebas dari kegiatan rutin belajar mengajar di kelas yang kadang terasa membosankan. Namun, terkadang karyawisata hanya menjadi wadah untuk bersenang-senang, belanja, menikmati hal-hal baru, dan dan hal-hal lain di luar konteks belajar-mengajar.
Agar karyawisata terlaksana secara efektif dan tidak hanya sekadar bersenang-senang, maka harus ada persiapan yang matang sebelum karyawisata tersebut dilakukan. Dia antaranya adalah melaksanakan karyawisata sesuai dengan waktu yang telah direncanakan, pemandu atau guru harus mempunyai skill yang banyak untuk  mengondisikan siswa agar dapat menjaga ketertiban selama karyawisata, siswa diberi tugas untuk membuat laporan sepulang dari karyawisata sehingga siswa memperhatikan dan mengamati obyek dengan sungguh-sungguh, karyawisata tidak harus jauh tapi yang paling penting adalah tujuannya tercapai.

V.          KESIMPULAN
A.    Kata “karyawisata” berasal dari karya yang artinya kerja, dari wisata yang berarti pergi. Dengan demikian, “karyawisata” berarti pergi bekerja. Atau bepergian ke suatu tempat untuk bekerja. Di dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, pengertian karyawisata ialah bahwa murid-murid akan mempelajari suatu obyek di tempat mana obyek itu terdapat. Dalam pengertian pendidikan karyawisata adalah kunjungan siswa ke luar kelas untuk mempelajari objek tertentu sebagai bagian integral dari kegiatan kurikuler di sekolah.
B.     Objek karyawisata harus relevan dengan bahan pengajaran, misalnya musium untuk pelajaran sejarah, kebun binatang untuk pelajaran biologi, taman mini untuk pelajaran ilmu bumi dan kebudayaan, peneropongan bintang di Lembang untuk fisika dan astronomi. Karyawisata di samping untuk kegiatan belajar, sekaligus juga rekreasi yang mengandung nilai edukatif. Karyawisata sebaiknya dilakukan pada akhir semester atau catur wulan, dan dikaitkan dengan keperluan pengajaran dari berbagai bidang studi secara bersama-sama, serta dibimbing oleh guru bidang studi yang bersangkutan.
C.     Karyawisata sebagai media pembelajaran memiliki kelebihan dan juga kekurangan. Kelebihan karyawisata sebagai media pembelajaran antara lain: kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan siswa, hakikat belajar akan lebih bermakna, bahan-bahan yang didapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual, kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan lebih aktif. Adapun kekurangan dari karyawisata sebagai media pembelajaran antara lain: fasilitas yang diperlukan dan biaya yang dipergunakan sulit untuk disediakan oleh siswa atau sekolah, memerlukan persiapan atau perencanaan yang matang, memerlukan koordinasi dengan guru serta bidang studi lain agar terjadi tumpang tindih waktu dan kegiatan selama karyawisata, dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi lebih prioritas daripada tujuan utama, sedang unsur studinya menjadi terabaikan.

VI.          PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan. Semoga memberikan manfaat bagi pembaca dan juga pemakalah. Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan makalah salanjutnya.






DATAR PUSTAKA
Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pres, 2002
Djajadisastra, Jusuf, Metode-Metode Mengajar, Bandung: Angkasa, 1982
Djamarah, Syaiful Bahri, dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010
Nasution, S., Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010
NK, Rostiyah,  Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008
Sudjana, Nana, dan Ahmad Rival, Media Pengajaran; Penggunaan dan Pembuatannya, Bandung: CV. Sinar Baru,1997
Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1993


[1] Jusuf Djajadisastra, Metode-Metode Mengajar, (Bandung: Angkasa, 1982), hlm. 10
[2] Nana Sudjana dan Ahmad Rival, Media Pengajaran; Penggunaan dan Pembuatannya, (Bandung: CV. Sinar Baru,1997), Cet VII, hlm. 210
[3] Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), hlm. 113-114
[4] Nana Sudjana dan Ahmad Rival, Op. Cit., hlm. 210
[5] Jusuf Djajadisastra, Op. Cit., hlm. 10-12
[6] S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), Cet. IV, hlm. 133-134
[7] Nana Sudjana dan Ahmad Rival, Op. Cit., hlm. 210
[8] Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1993), Cet. V, hlm. 62
[9] S. Nasution, Op. Cit.,hlm. 134-135
[10] Nana Sudjana dan Ahmad Rival, Op. Cit., hlm. 216
[11] Rostiyah NK, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), Cet. VII, hlm. 86-87
[12] Nana Sudjana dan Ahmad Rival, Op. Cit., hlm. 216-217
[13] Nana Sudjana dan Ahmad Rival, Op. Cit., hlm. 208
[14] Jusuf Djajadisastra, Op. Cit., hlm. 34
[15] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010)